TEMPO Interaktif, BOJONEGORO - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mendapatkan pemasukan dari hasil penjualan tembakau mencapai Rp 165 per tahun. “Jumlahnya cukup besar,” kata juru bicara Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Jony Nurharyanto kepada Tempo, Senin (28/6).
Menurut Nurharyanto, pendapatan dari hasil tembakau setiap tahun cenderung meningkat. Mengutip data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bojonegoro, disebutkan bahwa produksi tembakau sebesar 10.575 ton (tembakau kering).
Keseluruhan produksi tersebut akan tersalurkan karena kebutuhan yang terus meningkat. Tahun sebelumnya, jumlah pembelian oleh industri rokok sebanyak 10.280 ton tembakau kering dengan harga Rp 17 ribu hingga Rp 20 ribu perkilogram.
Namun, dia tidak memungkiri kekhawatiran akibat cuaca yang tidak menentu saat ini yang bisa mempengaruhi tingkat pendapatan. Padahal, pendapatan dari hasil tembakau terbukti meningkatkan ekonomi masyarakat, termasuk dalam hal penyerapan tenaga kerja. Tembakau Bojonegoro pun termasuk tembakau unggulan.
Nurharyanto menjelaskan, Pemerintah Bojonegoro telah membagikan bantuan 88.150 kilogram benih tembakau kepada petani di 19 kecamatan. Bantuan diberikan kepada para petani yang tembakaunya rusak akibat banjir. Luas lahan tembakau yang rusak mencapai 10 ribu hektare.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bojonegoro Kholik mengatakan, akibat cuaca yang tidak menentu, para petani terpaksa menunda masa tanam. Seharusnya, benih mulai ditanam Mei lalu, dan pada Agustus sudah mulai panen. Tapi hingga Juni ini, hujan masih terus turun. ”Diperkirakan kami mulai tanam Juli, dan panen dilakukan bulan Oktober,” tuturnya.
Kholik mengakui para petani tembakau juga tetap khawatir hujan masih tetap turun. Petani tidak ingin terus merugi. Sebab biaya tanam serta perawatannya sekitar Rp 11,7 juta per hektare. SUJATMIKO.
Menurut Nurharyanto, pendapatan dari hasil tembakau setiap tahun cenderung meningkat. Mengutip data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bojonegoro, disebutkan bahwa produksi tembakau sebesar 10.575 ton (tembakau kering).
Keseluruhan produksi tersebut akan tersalurkan karena kebutuhan yang terus meningkat. Tahun sebelumnya, jumlah pembelian oleh industri rokok sebanyak 10.280 ton tembakau kering dengan harga Rp 17 ribu hingga Rp 20 ribu perkilogram.
Namun, dia tidak memungkiri kekhawatiran akibat cuaca yang tidak menentu saat ini yang bisa mempengaruhi tingkat pendapatan. Padahal, pendapatan dari hasil tembakau terbukti meningkatkan ekonomi masyarakat, termasuk dalam hal penyerapan tenaga kerja. Tembakau Bojonegoro pun termasuk tembakau unggulan.
Nurharyanto menjelaskan, Pemerintah Bojonegoro telah membagikan bantuan 88.150 kilogram benih tembakau kepada petani di 19 kecamatan. Bantuan diberikan kepada para petani yang tembakaunya rusak akibat banjir. Luas lahan tembakau yang rusak mencapai 10 ribu hektare.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bojonegoro Kholik mengatakan, akibat cuaca yang tidak menentu, para petani terpaksa menunda masa tanam. Seharusnya, benih mulai ditanam Mei lalu, dan pada Agustus sudah mulai panen. Tapi hingga Juni ini, hujan masih terus turun. ”Diperkirakan kami mulai tanam Juli, dan panen dilakukan bulan Oktober,” tuturnya.
Kholik mengakui para petani tembakau juga tetap khawatir hujan masih tetap turun. Petani tidak ingin terus merugi. Sebab biaya tanam serta perawatannya sekitar Rp 11,7 juta per hektare. SUJATMIKO.
http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/06/28/brk,20100628-259248,id.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar