Wong Ndeso dan Petani Masa Depan, banyak yang omong banyak tentang petani, rakyat kecil, rakyat miskin, tapi dia tinggal dan hidup mewah di kota, tinggal dan nongkrong di gedung DPR / MPR. Begitu tidak dapat jatah kursi, marah marah, begitu tidak jadi cawapres muring-muring. Lupa siapa yang akan diperjuangkan, hanya ingat kekuasaan, hanya ingat koalisi, bukan koalisi memakmurkan rakyat secara bersama tetapi koalisi berkuasa bersama menikmati kue kekuasaan dan kue kenikmatan menjadi orang terhormat.
Bibit, Pupuk, Obat Gratis
Kalau sampean turun ke desa problem utama adalah para petani tidak punya lahan, sehingga menjadi buruh tani, kalau punya lahan kebanyakan tidak luas hanya 1/5 hektar atau 2500 M3, sehingga jika panen maka hasilnya sudah habis untuk biaya-biaya sebelumnya seperti : beli bibit, beli pupuk, beli obat, biaya pekerja, biaya menyekolahkan anak, plus yang menyedihkan adalah biaya untuk nyaur hutang.
Petani Plus
Saya memiliki kakak seorang petani, dia sangat sukses bisa menguliahkan semua anaknya bahkan mantunya dan bisa naik haji. Ternyata dia bukan hanya petani tapi dia juga seorang guru, dan jabatan terakhir adalah kepala sekolah. Tentu saja bisa bisa membeli sawah tiap tahun. Kalau hanya mengandalkan dari petani murni rasanya tidak cukup untuk biaya kuliah ke 3 anaknya itu, apalagi semua anaknya kuliah di swasta yang biayanya selangit.
Petani Plus artinya petani plus kerja rutin yang lain, kecuali sawahnya berhektar-hektar maka jadi petani murni mungkin bukan kendala dan masalah.
Problem klasik petani adalah Hasil yang tidak seberapa dan
Dan lahan garap yang sempit (kurang 1 H) dan pengeluran sangat banyak terutama jika petani tersebut menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Sangat sulit meskipun mereka petani yang sangat rajin dan tekun. Inilah perlunya ada insentif lainnya dengan konsep petani plus, yang memiliki pekerjaan tambahan:
1. Petani dan juga peternak,
2. Petani plus pegawai negeri atau swasta yang tidak penuh kerja seperti menjadi guru.
3. Petani plus pedagang,
4. Petani plus wirausaha / UKM / UKMK / UMKM
5. Petani plus penghasil pupuk kompos, pupuk organik, pestisida organik.
6. Petani plus petani Agro Wisata
7. Petani offline plus petani online, atau petani internet.
Untuk Mendukung Petani Plus perlu Koneksi Internet Gratis Masuk Desa
Kalau tidak gratis minimal murah, agar warnet tidak mati, minimal pemerintah memaksa pihak provider seperti telkom, indosat, telkomset, XL memberi subsidi silang pada warnet di desa dan pelosok desa. Misalkan warnet yang menyediakan PC dan perlengkapannya dan pemerintah memberi koneksi super murah (dibawah Rp. 500rb / bulan Unlimited untuk Bandwidth 1 Mb Up/Down).
Dengan koneksi internet murah atau paling tidak gratis maka akan memacu pertumbuhan UKM, sekolah dan perorangan dalam mendapatkan infomasi. Sekat sekat informasi yang membelenggu bisa berkurang, generasi muda jadi lebih bersemangat.
Tersedianya Koneksi Internet, Perlu Ada Pendampingan Agar Bisa Tepat Guna
Internet sering kali hanya diartikan dengan melihat gambar porno, video porno, chating, curhat dll, padahal banyak manfaat lain yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan dalam pemasaran produk, peningkatan wawasan, komunikasi langsung dengan produsen dan konsumen, dan membuka peluang export ke manca negara.
Internet jauh lebih produktif dari pada TV, HP untuk komunikasi
Memang TV dan HP tidak bisa ditinggalkan dan punya manfaat yang lain, tapi dengan internet, fungsi TV, RADIO dan HP bisa digantikan. HP dan internet menjadi satu bagian penting dalam bisnis online, internet menjadi media untuk melakukan semua hal terutama untuk memasarkan produk, menampilkan informasi, dan menjalin komunikasi dengan konsumen lebih inten, kebih dekat dan lebih permanen.
Yang tidak kalah penting internet menjadi media pembelajaran, dengan jangkauan luas, banyak informasi bermanfaat yang sudah dilakukan orang lain disebelah sana, kita tinggal mengambil sarinya dan dipadu dengan pengalaman jadilah produk yang bisa dikemas lebih unggul.
Kendala Gaptek, Dan Internet Ribet, Plus Malas
Kendala gaptek, dan menganggap internet itu sudah plus ribet dan yang lebih parah penyakit malas adalah merupakan ganjalan utama dalam implementasi internet masuk desa. Ditambah dengan biaya koneksi dan infrastuktur internet yang saat ini jauh lebih mahal dari pada beli koran yang hanya Rp. 1000.
Ayo Galakkan Gerakan Kembali ke Desa (GKD)
Gerakan kembali ke desa terutama untuk mereka yang agak mapan menjadi pemicu yang cukup manjur dalam upaya implementasi internet masuk desa, internet buat wong ndeso. Selama ini yang terlah berhasil adalah Handphone / HP masuk desa. Sepeda Motor menyerang desa, kalau tidak percaya silahkan datang dan berkunjung ke desa agar bisa merasakan betapa tiap orang desa mulai dari tukang becak, anak dibawah umur semua menggunakan HP. Bahkan saya sempat kaget ketika pembantu rumah tangga saya yang bersal dari desa sudah menggunakan seri Nokia yang sudah bisa memutar VIDEO.
Sementara internet masih belum dikenal, padahal kalau dibanding HP manfaat Internet lebih tinggi terutama berkaitan dengan bisnis online, internet marketing, toko online, pusat informasi dan pembelajran. Tapi karena kepentingan provider HP yang hanya ingin mengeruk keuntungan semata maka sosialisasi internet masuk desa jauh ketinggalan.
Gerakan kembali Ke Desa Tidak Mudah, Dibanding Urbanisasi
Dibanding gerakan kembali ke desa, atau gerakan mbangun ndeso jauh lebih tidak menarik dibanding dengan urbanisasi atau gerakan mencari rejeki di kota, tidak bisa disalahkan karena di desa tidak banyakj menjanjikan dibanding dengan gemerlap kota besar yang semua serba ada, serba cepat dan serba lengkap.
Lihat saja banyak orang desa yang sudah sukses malah banyak investasi di kota dan tidak mau kembali ke desa, kalau toh dia ke desa hanyalah karena kegiatan rutin mudik, pulang kampung hari raya.
Ketimpangan yang begitu tajam banyak orang rela berduyun-duyun ke kota untuk mengadu nasip, padahal jika tidak ada bekal pengalaman dan ketrampilan yang cukup malah akan menjadi beban dan masalah baru. Kota semakin penuh sesak, kejahtan, kemaksiatan, tumplek bleg manusia dan berjejel-jejal sampai sampai harus membuat rumah liar di bantaran kali, di kolong jembatan dibawah jalan tol, dan di sepanjang jalan rel kereta api.
Saatnya Kebijakan Ekonomi Pedesaan Bukan Sekedar Kampanye dan Janji
Saat ini memang sudah banyak program pemerintah yang sudah mulai berpihak pada wong cilik seperti BLT, PNBN Mandiri, dan program pemerintah lainnya, tapi jangan berhenti disitu saja, para pemimpin yang memang memiliki kewenangan harus lebih iklas lagi, dana pendidikan yang sudah besar hendaknya diikuti dengan dana untuk Pertanian, Nelayan, UKM, dan gerakan memajukan desa lebih menjadi fokus.
Perlu adanya insentif, yang lebih real, ketika jaman bapak saya dulu banyak Lomba lomba pertanian yang digalakkan, banyak kelompok kelompok tani yang membuat petani merasa tidak sendirian. Saya sangat yakin saat ini program pemberdayaan pertanian sudah jauh perkembang pesat, hanya saja mungkin tidak merata. Semoga dengan kesungguhan pemerintah dan partisipasi aktif dari semua lapisan bisa menjadi pendobrak, terciptanya petani mandiri, swa sembada beras, yang terpenting petani bisa mengatasi masalahnya sendiri, bisa berkreatifitas, bisa menyekolahkan anaknya, bisa mencukupi kebutuhan sehari hari.
Wong Ndeso dan Petani Masa Depan
Petani masa depan, bukan hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, bukan hanya jadi bahan kampanye, tapi harusnya menjadi petani plus, petani yang mandiri, petani yang bukan hanya bisa menanam tapi juga bisa mengoptiumkan hasil panen dan bisa memasarkan produk secara bebas tanpa tergantung pada tengkulak yang sering merugikan petani. Petani yang memiliki wawasan luas dengan kemampuan komunikasi dengan petani di seluruh dunia, sehingga menjadi petani yang penuh ide, gagasan, dan kreatifitas untuk selalu semangat mencari inovasi agar produktivitas meningkat.
Petani yang memahami Agro Bisnis, menjadi pusat penyedia energi alternatif seperti Bio Energi.
Petani masa depan bisa menjadi seorang abdi masyarakat dibidang pertanian yang visioner dan penuh ide keatif. Teknologi-teknologi pertanian yang tepat guna dicoba diaplikasikan, mulai dari terobosan mencoba menanam tanaman organik, menerapkan bahan organik alami sebagai pestisida, pemanfaatan bakteri probiotik untuk mengahasilkan pupuk alam yang baik. Sehingga keterbatasan lahan bisa diatasi, ketergantungan dengan bahan kimia bisa dikurangi, Lebih ramah lingkungan, merawat dan menjaga keseimbangan alam.
Hidup di desa penuh dengan budaya gotong royong, guyup, rukun, saling menghargai, dan penuh rasa syukur atas Nikmat yang melimpah:
1. Nikmat lahan yang luas,
2. Nikmat Air yang melimpah,
3. Nikmat udaha segar yang melimpah ruah,
3. Nikmat energi yang melimpah,
4. Nikmat waktu yang berlebih,
5. Nikmat panen yang terus menerus…
Semoga teori dan praktek demikian adanya. Amin 33x.
http://www.sumintar.com/wong-ndeso-dan-petani-masa-depan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar