Selamat Hari Raya 'Iedul Fitri 1432 H,"Mohon Maaf Lahir Batin"..

Jumat, 26 Agustus 2011

Idul Fitri Berbeda, MUI Minta Saling Hormati

JAKARTA- Majelis Ulama Indonesia (MUI) memprediksi kemungkinan besar Idul Fitri 1 Syawal 1432 H akan terjadi perbedaan.

Rencana penetapan hari raya Idul Fitri oleh pemerintah melalui sidang isbat Badan Hisab dan Ru’yat Kemenag, Ormas islam dan MUI akan dilaksanakan tanggal 29 Agustus 2011.

“Idul Fitri akan terjadi perbedaan, oleh karena itu kondisi perbedaan ini harus diterima tanpa ada kegaduhan ditengah masyarakat,” kata Sekjen MUI Ichwan Sam, di Gedung MUI, Jumat (26/8/2011).

Ichwan menghimbau agar masyarakat tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
“Kita menghimbau agar masyarakat tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain dengan mengedepankan semangat ukhuwah dengan saling menghargai,” paparnya.

Lebih lanjut dia menambahkan, agar masyarakat khususnya umat Islam agar mengikuti keputusan sidang istbat tersebut.

“ Kita harap umat islam dapat mengikuti sidang istbat tersebut,’ pungkasnya

http://news.okezone.com/read/2011/08/26/337/496711/idul-fitri-berbeda-mui-minta-saling-hormati

Selasa, 23 Agustus 2011

Penetapan Idul Fitri 1432 H Berpotensi Berbeda


JAKARTA -- Perbedaan penetapan 1 Syawal 1432 hijriah sebagai tanda masuknya hari Idul Fitri berpotensi mengalami perbedaan. Kondisi ini dipicu penggunaan kriteria hilal yang barbeda sebagai acuan penetapan awal Syawal.

Peneliti senior Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan, perayaan 1 Syawal 1432 H, umat Islam yang menggunakan kriteria wujudul hilal dipastikan Idul Fitri jatuh pada 30 Agustus 2011. Sedangkan kalangan yang menggunakan visibilitas hilal (imkan rukyat), besar kemungkinan berhari raya pada 31 Agustus 2011.


Dijelaskan, ketinggian bulan pada 29 Agustus kurang dari dua derajat sehingga tak memungkinkan hilal terlihat dengan mata telanjang. Sementara, batas bulan menurut kriteria tersebut mesti berada di atas dua derajat."Jadi ada potensi berbeda," kata Thomas di Jakarta, Senin 22 Agustus.


Menurutnya, perbedaan penetapan 1 Syawal, tidak mustahil akan terulang di masa mendatang selama tidak ada kesepakatan tentang kriteria itu. Ia mengusulkan penyamaan sistem kalender Hijriah.


Thomas menjelaskan, diiperlukan tiga syarat utama untuk mewujudkan penyamaan sistem kalender hijriah. Indonesia sudah memenuhi dua syarat, yaitu batas wilayah dan otoritas tunggal, dalam hal ini menteri agama. Tetapi, Indonesia belum memiliki kesamaan kriteria.


Penyamaan kriteria itu bisa dilakukan dengan mengacu pada ketentuan astronomi. Penyamaan ini, kata dia, bisa menggunakan kriteria hisab rukyat Indonesia, yaitu jarak sudut pandang bulan-matahari lebih dari 6,4 derajat dan beda tinggi bulan-matahari lebih dari empat derajat.


Thomas juga mengungkapkan, upaya penyatuan tersebut tengah ditempuh oleh pemerintah."Saat ini sedang dilakukan penyatuan. Saya yakin itu akan terealisasi," kata Thomas.


Sementara itu, Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kementerian Agama Muhyiddin mengimbau masyarakat agar tetap arif, jika ada perbedaan dalam perayaan Idul Fitri.


Pemerintah baru akan menetapkan 1 syawal dalam sidang itsbat yang digelar pada Senin, 29 Agustus 2011 mendatang."Apapun hasilnya, pemerintah tak bisa memaksakan keputusan sidang itu kepada masyarakat," kata Muhyiddin.


Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus 2011.


Sidang itsbat melibatkan sejumlah pakar hisab rukyat dan instansi yang tergabung dalam Badan Hisab Rukyat (BHR). Di antaranya, Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Di samping itu, ada 12 titik pengamatan hilal dalam penentuan 1 Syawal.


Titik-titik itu, di antaranya adalah Observatorium Hilal Lhok Nga, Aceh; Pekan Baru, Riau; Menara Timur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung; Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat; Pos Observasi Bulan (POB) Bukit Bela-belu, Bantul, Yogyakarta; Mataram, Nusa Tenggara Barat; SPD LAPAN, Biak, Papua; Makassar, Sulawesi Selatan; Samarinda, Kalimantan Timur; Nusa Tenggara Barat; Pantai Gebang, Madura; SPD LAPAN Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. (fmc)
http://www.fajar.co.id/read-20110823092429-penetapan-idul-fitri-1432-h-berpotensi-berbeda

Jumat, 19 Agustus 2011

Hikmah Dua Momentum Bersejarah

Oleh: H Abdul Gafur, Lc MA, Dosen IAIN Antasari Banjarmasin
PADA 17 Agustus 2011 seluruh rakyat Indonesia memperingati HUT ke-66 Kemerdekaan RI. Sementara bagi muslimin momen tersebut bertepatan dengan 17 Ramadhan memperingati nuzulul Quran.

Proklamasi kemerdekaan merupakan peristiwa paling bersejarah bagi rakyat Indonesia. Tonggak yang mengubah perjalanan sejarah bangsa, membangkitkan semangat kebebasan, dan merdeka dari segala penjajahan.

Kemerdekaan ini merupakan karunia Allah. Kemerdekaan menjadi begitu penting dan istimewa, hingga pemerintah menjadikannya sebagai Hari Libur Nasional di setiap tahunnya.

Sedangkan nuzulul Quran adalah istilah turunnya Alquran dalam waktu tertentu. Prosesnya melalui tiga tahap yaitu pertama, Allah menurunkan Alquran sekaligus ke Lawh Mahfuzh (QS. 85:21-22).

Kedua, Alquran diturunkan dari Lawh Mahfuzh ke langit dunia dengan cara sekaligus dan disimpan di sebuah tempat yang disebut bayt al-‘izzah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui di mana tempart mulai itu dan bagaimana bentuknya.

Ketiga, Alquran diturunkan dari langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur sejak beliau berusia 40 tahun, dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun, yang terbagi menjadi 13 tahun di kota Mekkah dan 10 tahun di kota Madinah.

Kapan Alquran diturunkan?

Alquran sendiri menginformasikan: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS 2:185).

Lebih detilnya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan (lailatul qadr).”

Dengan menyimak dua ayat tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Alquran diturunkan pada malam kemuliaan di bulan Ramadan.

Pertanyaannya kemudian, jika Alquran diturunkan pada lailatul qadr, lalu mengapa di Indonesia nuzulul Quran diperingati pada setiap 17 Ramadan, padahal seluruh kaum Muslimin meyakini bahwa lailatul qadr terjadi pada 10 malam terakhir di bulan itu?

Alquran memang diturunkan pada lailatul qadr, tapi dari Lawh Mahfuzh ke bayt al-‘izzah di langit bumi dengan cara sekaligus dan lengkap dari awal hingga akhir surah.

Kemudian mengenai kapan ayat pertama kali (yaitu Surah al-‘Alaq ayat 1-5) yang turun kepada Rasulullah di Gua Hira, maka di sinilah terdapat banyak riwayat dari sahabat sehingga pendapat ulama pun menjadi beragam.

Bahkan Ibnu Hajar al-‘Asqalani menyebutkan dalam kitab Fath al-Bari terdapat kurang lebih 40 pendapat seputar kapan tepatnya nuzulul Quran itu terjadi.

Di antaranya; riwayat Ibnu Umar ra yang menyebutkannya 18 Rabi’ul Awal, Abu Hurairah ra yang meriwayatkannya 27 Rajab, atau riwayat Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo ra yang mensinyalir 24 Ramadan.

Menurut al-Mubarakfuriy dalam kitab ar-Rahiq al-Makhthum, wahyu Alquran yang pertama kali turun kepada Rasulullah jatuh pada malam Senin 21 Ramadan yang bertepatan dengan 10 Agustus 610 Masehi.

Ada pendapat yang mengatakan ayat yang pertama kali turun kepada Rasulullah pada 17 Ramadan berasal dari riwayat al-Bara’ bin Azib. Dan riwayat inilah yang menjadi landasan di negara kita dalam memperingati nuzulul Quran.

Mengenai 17 Agustus 1945 yang menjadi momentum paling bersejarah bagi bangsa Indonesia sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadan.

Dengan berlandaskan pada riwayat al-Bara’ bin Azib, maka seorang ulama sekaligus tokoh bangsa yang bernama H Agus Salim, memberikan pandangannya kepada Bung Karno bahwa Alquran yang pertama turun terjadi pada 17 Ramadan yang mana bertepatan tanggal 17 Agustus saat itu.

Pandangan ini tentunya membuat Bung Karno sangat senang dan menerimanya dengan baik. Sejak saat itulah, kedua momentum sejarah tersebut diperingati secara nasional, baik Hari Proklamasi Kemerdekaan maupun peringatan nuzulul Quran.

Meskipun nuzulul Quran diperingati tidak seformal Hari Proklamasi Kemerdekaan, tapi negara ini selalu memperingatinya dalam bentuk seremonial keagamaan yang dihadiri presiden dan wakilnya beserta para pejabat tinggi negara lainnya.

Sungguh merupakan sebuah anugerah yang agung dari Yang Maha Kuasa setelah 66 tahun bangsa Indonesia memperingati kembali Hari Kemerdekaan yang bertepatan dengan hari nuzulul Quran.

Satu hal yang perlu digarisbawahi dari kedua momentum paling bersejarah ini adalah bahwa memperingati Hari Kemedekaan bangsa dan hari nuzulul Quran memang penting.

Akan tetapi jauh lebih penting lagi jika ajaran-ajaran Alquran dan nilai-nilai luhur dari kemerdekaan itu sendiri kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam beragama maupun dalam bernegara, sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang bermoral dan bermartabat. Semoga.

Wallahu a’lam.

http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/1970/1/1/95190/Hikmah-Dua-Momentum-Bersejarah